Jumat, 18 April 2008

Pentingnya Mengenal Gangguan Autis Sejak Dini


Autis, makhluk apa ini? Autis merupakan suatu gangguan perilaku anak. ''Itu bukan penyakit, yang bisa disembuhkan. Penanganannya harus dengan melakukan terapi, '' kata psikolog Dra. Retno I.G Kusuma.

Autisme adalah salah satu jenis gangguan perkembangan pada seseorang. Biasanya tanda autis muncul sejak bayi. Akan tapi gejalanya bisa terdeteksi saat anak berusia 1 s.d 3 tahun. Biasanya autis terjadi pada bayi yang sulit atau bermasalah. Misalnya bayi menangis terus atau justru diam terus. Banyak orangtua merasa senang kalau bayinya "anteng", tidak rewel dan diam terus.

Seorang anak sibuk dengan dunianya sendiri. Biasanya anak itu menunjukkan satu perilaku yang monoton selama berjam-jam. Misalnya menggerak-gerakkan tangannya dan meremas-remas kertas. Semua itu dilakukan tanpa tujuan jelas dan tidak terarah. Anak sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Waspadalah, hal itu bisa jadi satu pertanda, anak menderita autis.

Ia mengatakan, anak autis punya beberapa masalah. Mereka tidak mampu bergaul, berbicara dan bertingkah laku dengan baik. Memang, banyak anak autis mampu berbicara, namun sebenarnya mereka belum memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang orang lain ucapkan. Anak autis juga kurang bisa mengendalikan emosi.

Menurut Retno, autis disebabkan beberapa hal, diantaranya keracunan pada otak anak. Dalam beberapa kasus juga ditemui pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat kehamilan menderita depresi atau stress.

Memang, autisme tidak selalu identik dengan kekurangan dan ketidakmampuan. Bahkan pada umumnya anak-anak autis mempunyai kemampuan menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah untuk mengingat dan belajar. Bila diperlihatkan gambar atau tulisan dari benda-benda, kejadian, tingkah laku maupun konsep-konsep abstrak.

Bagaimana menangani autis? Tidak perlu cemas. Orangtua harus sabar dan segera mencari psikolog/psikiater anak dan tempat terapi. Saat ini banyak tempat terapi bagi penderita autis. ''Anak autis perlu banyak terapi, misalnya terapi obat untuk menetralisir keracunan di otak dan menambah vitamin, '' tandas Retno, pemilik Biro Psikologi dan Pusat Terapi Anak ini.

Psikolog ini menambahkan, terapi lainnya seperti terapi bicara dan terapi perilaku. Terapi ini harus dilakukan secara rutin. Penanganan anak autis tidak bisa dilakukan singkat. Paling cepat satu tahun. Bila tidak ditangani intensif, autisme bisa muncul lagi dalam bentuk lain pada waktu remaja. Gangguan tersebut menjelma jadi gangguan perilaku, kurang percaya diri dan introvert (pribadi tertutup).

Untuk menangani anak autis, menurut Retno, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua. Harus sabar dan intensif mempraktekkan kembali terapi autis kepada anak di rumah. Makanan yang diberikan pada anak juga sebaiknya dijaga dengan melakukan diet bebas gandum dan bebas kasein (cfgf) yang terdapat pada susu sapi.

Anak-anak juga harus menghindari makanan terlalu manis, coklat, makanan yang diawetkan dan makanan mengandung banyak "msg". Penanganan lainnya, orangtua perlu menciptakan situasi dan suasana nyaman dan damai di mana anak harus berkomunikasi untuk memperoleh keinginannya. Gunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh sebanyak mungkin. Anak-anak perlu diberi contoh, dan jangan terlalu banyak dikoreksi. Bahasa yang digunakan untuk anak autis harus sederhana, singkat dan bila perlu intonasinya menarik.

Bicaralah dengan posisi sejajar anak dan menjaga kontak mata. Terakhir, ciptakan pula suasana komunikasi yang menyenangkan, hangat dan menarik. Nah, bila semua ini diterapkan dan dipahami niscaya autis tak perlu jadi hal yang "menakutkan" lagi. (ari/DBS)

Tidak ada komentar: