Jumat, 18 April 2008

KONSEKUENSI AKADEMIK DAN KESTABILAN YANG TERUS MENERUS PADA SUBTIPE-SUBTIPE TINGKAH LAKU DARI ANAK-ANAK YANG TIDAK MAMPU BELAJAR


LATAR BELAKANG

Empat puluh tujuh sekolah diidentifikasikan siswa-siswa tidak mampu belajar yang diklasifikasikan dalam 7 subtipe tingkah laku dengan sebuah teknik analisis hirarki cluster yang diikuti terus-menerus selama 3 tahun. Pola ketidakmampuan beradaptasi tingkah laku dalam kelas yang mencirikan mereka pada perkembangan rata-rata dan dihubungkan dengan kegagalan mereka dalam proses akademik (Feagans & Mc Kinney, 1981, 1983, 1984). Meskipun penemuan ini masalah akademik anak-anak implikasi teori dari studi ini terbatas dengan masalah keanekaragaman sampel di antara anak-anak LD (Keogh, Major – Kingsley, Omori Gordon & Reid, 1982; Torgesen & Dice, 1980).

Penelitian ini belum tepat untuk disimpulkan, karena pola tingkah laku yang ditunjukkan group LD menunjukkan karakter anak secara individual atau menunjukkan sindrom tingkah laku yang berbeda yang berhubungan dengan ketidakmampuan belajar. Guru kelas dan guru pendidikan khusus membuat tingkatan-tingkatan anak-anak tiap tahun dalam mengukur ketidakbebasan-kebebabasan, orientasi tugas ekstraversion dan intraversion. Meskipun anak-anak cenderung untuk merubah keanggotaan subtipe selama 3 athun, tetapi proporsi anak LD yang beradaptasi dan yang tidak beradaptasi adalah sama 1 dan 3. Sebagaimana ditunjukkan dalam tingkatan guru kelas dalam tahun-tahun tersebut.

RUMUSAN MASALAH

Dalam membuat tugas review jurnal ini, penulis mencoba mengangkat permasalahan yang dikaji. Adapun permasalahan yang diangkat ebagai berikut :

1. Mengapa subtipe mempunyai indikasi yang penting dalam bidang akademis.

2. Dampak adanya subtipe perilaku dari anak yang tidak mampu belajar.

3. Jelaskan pengaruh dari hasil hasil akademik anak-anak LD

4. Adakah hubungan antara subtipe perilaku anak yang mampu belajar dengan subtipe perilaku anak yang tidak mampu belajar.

TUJUAN

Menentukan hasil akademik yang berhubungan dengan subtipe tingkah laku anak LD dan untuk menilai kestabilan anggota subtipe selama 3 tahun.

MANFAAT

Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk bahan penelitian lebih lanjut lagi tentang subtipe-subtipe perilaku anak yang tidak mampu belajar LD.

II. LANDASAN TEORI

Teori yang digunakan

q Feagans dan Mc Kinney, 1981, 1983, 1984, Mc Kinney dan Speele, 1983.

- Pola ketidakmampuan beradaptasi tingkah laku dalam kelas yang mencirikan mereka dalam proses akademik.

- Menyatakan bahwa beberapa LD dari siswa ditandai oleh kemajuan anak-anak yang akademis. Mereka yang mempunyai permasalahan perilaku memerlukan perilaku yang dapat mengorientasikan pola teladan.

q Keogh, Major – Kingsley, Omori Gordon, dan Reid, 1982; Torgesen & Dice, 1980.

- Masalah akademik anak-anak LD implikasi teori dan praktikal dari studi ini terbatas dengan masalah keanekaragaman sampel anak-anak LD.

q Speele, Mc Kinney dan Appalebaum, 1985.

- Mengidentifikasikan 7 subtipe berbeda dari anak-anak LD dalam basis tingkatan tingkah laku guru di dalam kelas.

q Fisk dan Rourke, 1983; Lyon dan Watson, 1981; Sat2 dan Morris, 1981.

- Perkembangan dan konsekuensi akademik berhubungan dengan anggota-anggota subtipe yang masih ada.

q Mc Kinney, 1984

Menggunakan teknik klasifikasi empiris seperti Q-Faktor Analisis.

q Morris, Blash Field dan Sat2. 1981.

Menggunakan teknik klasifikasi empiris seperti Q-Faktor Analisis.

q Speele, 1985

- Stabilitas mengindikasikan nilai subtipe menjadi sangat penting.

- Analisis teknik hirarkis digunakan untuk mengidentifikasikan tingkah laku subtipe atas data dari para guru kelas.

- Guru pendidikan dan guru kelas menghasilkan subtipe pola tingkah laku dan menyajikan bukti atas kebenaran yang eksternal.

- Dari waktu ke waktu LD para guru yang dirasakan lebih sedikit dalam menggolongkan perbedaan diantara subtipe.

- Anak-anak pada awalnya digolongkan didalam studi tahun pertama.

q Sat2, Morris, Fletcher, 1985

- Menyajikan beberapa bukti atas stabilitas keanggotaan yang telah di cari di dalam subtipe penelitian sebelumnya, keduanya sangat penting untuk menunjukkan kegunaan dari suatu pendekatan subtipe di dalam pemahaman, konsekuensi pengembangan dan di bidang pendidikan yang di hubungkan dengan pelajaran.

q K; Cohen, 1960.

- Menentukan tingkat subtipe dengan penggunaak Kappa Cohen’s

q Fleiss’s, 1981

- Menghasilkan penilaian koreksi kesalahan standart Cohen’s K.

q Lorin, Cowen dan Cald Well, 1974; Routh dan Mesibov, 1980

- Sebelum masuk sekolah high-risk anak-anak dikembangkan terlebih dahulu.

q Werner

- Permasalahan perilaku pada masa anak-anak dan masa pertengahan remaja.

q Mc Kinney dan Speele, 1983

- Kemajuan akademis dari suatu LD berbeda.

q Huge dan Lule, 1979; Mc Kinney, Parkerson dan Clifford

- Rendahnya pengarahan akan tugas akan meningkatkan resiko untuk hasil akademis yang kurang baik.

q Mc Kinney dan Feagans, 1984

- Instruksi khusus sangat membantu keterampilan dasar anak.

q Harris, 1982; Lyon dan Watson, 1981; Mc Kinney, 1984; Rourke, 1985

- Banyak penggunaan dari teknik penggolongan statistik untuk membentuk homogen subtipe

q Mc Kinney dan Feagans, 1984; Speele, 1985

- Penilaian tingkah laku secara khas tercakup di dalam evaluasi LD

q Lyon, 1985

- Memberikan harapan atas efektivitas dari jenis yang berbeda dalam instruksi subtipe.

q Achenbach dan Edelbrock, 1981; Scacfer, 1981

- Tujuh subtipe dikelompokkan dan dikombinasikan untuk menciptakan 4 sub-sub kelompok gabungan untuk menghadirkan teoritis utama dan secara klinis variasi sangat penting di dalam perilaku.

q Scaefer, Gogerton dan Aronson , 1977

- Mengembangkan onventori perilaku kelas

III. METODE

Variable penelitian ini adalah variable terikat, karena mempengaruhi hasil penilaian yang lain.

Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen dan numerical status.

Subyek penelitian berjumlah 63 siswa yang diambil dari 47 sekolah. Metode analisis data menggunakan metode kualitatif yang meliputi observasi dan quesioner

IV. HASIL

1. Kecenderungan prestasi untuk perilaku yang bermasalah dan rendahnya subtipe adalah anak-anak yang mempunyai hasil akademis yang rendah.

2. Interaksi yang marginal dan kecenderungan visual yang nyata, mempunyai tingkat dalam mencetak prestasi yang tinggi di banding melakukan defisit perhatian (p < .05). F (2,86) = 71,53. MSE = 18,85, p < .001.

V. PEMBAHASAN

Kelompok perilaku yang normal mencapai nilai yang lebih tinggi dalam mencetak prestasi, sedangkan LD anak-anak di dalam kelompok perilaku yang bermasalah / rendahnya iaspe perhatian akan mencapainilai yang kurang dalam mencatak prestasi. Untuk menerangkan hubungan antar iaspe kemajuan akademis orang harus mempertimbangkan sifat alami perubahan dan pengembangan yang diamati, karakteristik yang muncul di dalam diri anak.

Kecenderungan prestasi untuk perilaku yang bermasalah dan iaspe perhatian iaspe yang rendah yaitu anak-anak yang mempunyai perilaku yang dihubungkan dengan produktivitas akademis rendah. Penelitian ini mengidikasi adanya tingkah laku iaspe dsan mencoba menilai perubahan.

Hasil prestasi dari suatu implikasi penting untuk interaksi dan penilaian dengan LD siswa. Penilaian tingkah laku tidak semua tercakup di evaluasi LD para siswa di bidang pendidikan. Keinginan dalam klasifikasi dan studi terus menerus pada iaspe tingkah laku pada anak-anak LD dari studi awal yang ditunjukkan oleh anak-anak LD, sebagai group yang heterogen. Pola ketidakmampuan beradaptasi perilaku dalam kelas mencirikan pada perkembangan rata-rata yang dihubungkan dengan kegagalan para siswa dalam proses akademis.

Masalah akademik anak-anak LD implikasi teori dari studi ini terbatas dengan masalah keanekaragaman iasp diantara anak-anak. Pola tingkah laku yang ditunjukkan group LD menunjukkan sindrom tingkah laku yang berbeda yang berhubungan dengan keanekaragaman belajar.

Analisis hirarki cluster digunakan untuk membentuk sub group empiris dari anak-anak yang menunjukkan pola berbeda dalam tingkah laku/perilaku kekuatan dan kelemahan yang dihubungkan dengan ketidakbebasan-kebebasan, berorientasi tugas-kemampuan merusak, extraversion-intraversion, persatuan, permusuhan, iaspe hasil yang ditunjukkan terjawab dan valid yang ias dibandingkan dengan data observasi dan tingkah laku dari rata-rata anak yang sedang berkembang.

VI. KESIMPULAN

Suatu variasi teknik tingkah laku seperti menasehati, dan memberikan perhatian atas perilaku yang diterapkan dapat memberikan harapan dari suatu subtipe serupa atas intervensi yang nampak dari hasil pembelajaran yang benar.

Tidak ada komentar: